Senin, 30 Desember 2013

Aha! I want to be...

Kita pasti ingat, saat kita kecil pasti ada saja yang bertanya tentang cita-cita. 

Kalau sudah besar nanti mau jadi apa?.

Aku mau jadi guru,
Aku mau jadi dokter,
Aku mau jadi polisi,
Aku mau jadi presiden,
Aku mau jadi pilot, dan lainnya.

Menurutku kenapa saat kecil dulu cita-cita setiap anak itu sama, karena hanya profesi-profesi itu saja yang mereka tahu. Adakah diantara mereka yang bercita-cita sebagai gubernur?, deputi bank?, pengusaha?, memilki usaha touring?, selama 18 tahun hidup sih belum pernah menemukan anak kecil yang bercita-cita seperti itu.

Namun saat masa kecil berganti dengan masa selanjutnya, ada beberapa orang yang lupa akan cita-citanya dulu. Menurutku ya karena pengetahuan yang semakin bertambah, dan kemampuan akan berpikir tentang masa depan menjadi lebih baik.

Sama halnya kaya aku. Waktu kecil dulu siapapun yang bertanya tentang cita-citaku, aku pasti menjawab "Aku mau jadi guru..". 

Saat kita memasuki umur yang cukup, mau tidak mau kita harus memikirkan tentang masa depan. Ohh.. masa depan. 

Di masa depan kelak aku menjadi apa?. Rasanya pertanyaan itu terus-terusan muter di otak.

Jujur sih setelah tahu tentang dunia, cita-cita menjadi seorang guru itu mulai tergeser dengan cita-cita lain. Alasanku dulu ingin jadi guru, karena setiap akhir periode ada hal yang selalu dilakukan. Tahu?. Itu rekreasi siswa. Nah disitu aku selalu bayangin kalau aku jadi guru aku bisa jadi pendamping siswa waktu rekreasi. Keliling tempat wisata, belanja banyak, dan.. ahh masih banyak.

Hmmm, mau tahu cita-citaku??.

 Sekarang, di usia 18 tahun ini aku sudah 'sedikit' menata masa depan. Aku berdoa agar aku menjadi seorang Duta Besar/staf di Kedubes/Konsultan Negara. Aku milih profesi itu juga karena ketertarikanku sama negara-negara. Aku paling tertarik dengan bahasa, kebudayaan, ciri khas dan sebagainya selain dari negaraku sendiri. Terus, setidaknya dari profesi itu tadi aku bisa keliling dunia. Mengunjungi dari satu negara ke negara lain.

Pernah sih cari-cari info tentang profesi-profesi itu tadi ke beberapa orang. Kata guruku, kalau kita mau jadi Duta Besar minimal kita sudah punya jabatan di pemerintahan dan dekat dengan Bapak Presiden. What the hell?, sempet shock sih. Bayangkan ya, aku enggak berminat dan enggak bermimpi punya jabatan di negaraku sendiri. Ada beberapa alasan dan itu privacy.

Pernah juga tanya sama lembaga bimbingan belajar. Aku pikir bisa dapat jawaban yang menyenangkan dan ternyata.. "kamu mau jadi staf di Kedubes?. Siap-siap kamu cuma jadi pesuruh. Buka pintu sama buat teh", kurang lebih kalimatnya kaya gitu.  Sumpah serapah dan umpatan-umpatan lain mendominasi di batin dan mulutku waktu itu. Minimal ya beri motivasi, atau gambaran yang asyik.

Orang bilang, 'tulis cita-citamu dan tempel . Lalu baca tulisan itu setiap hari'. Aku yakin sama perkataan itu.

Pernah waktu pelajaran sastra Indonesia. Guruku membuat sebuah kalimat dimana aku yang dijadika objeknya. Guruku bilang 'Zulfi adalah seorang istri duta besar', kurang lebih seperti itu. Waktu itu rasanya seneng, dan enggak lupa mengamini.

Ya, apapun profesi kita kelak di masa depan kita harus menjalani itu dengan hati yang ikhlas. Semua itu merupakan takdir dari Allah, dan apabila kita mau berusaha dengan keras, maka apa yang  kita inginkan akan menjadi nyata.

Semua itu butuh proses dan usaha yang lebih.

Sampai jumpa dimasa depan, dan saat kita bertemu hanya ada kalimat "wah kau sekarang sudah sukses".
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar